Jumat, 04 Agustus 2017

Amankah Berhubungan Seks Saat Hamil?



Jika kehamilan Anda normal dan tidak mengalami masalah apa pun, melakukan hubungan seksual saat hamil tergolong aktivitas yang aman. Meski demikian, ada beberapa hal yang harus dicermati.


Teman ColiPerubahan kondisi tubuh di awal kehamilan seperti perubahan hormon, pengerasan payudara, mual, naik turunnya emosi, dan kelelahan dapat menurunkan hasrat untuk berhubungan seksual. Saat kandungan membesar, hasrat seksual mungkin tetap turun karena sakit punggung dan pertambahan berat badan yang dirasakan wanita..Namun ternyata pada sebagaian lain wanita, dapat terjadi peningkatan hasrat seksual yang berkaitan dengan peningkatan produksi hormon.


Fakta tentang Berhubungan Seks Saat Hamil

Jika kehamilan Anda normal, berhubungan seksual saat hamil tidak akan membahayakan. Berikut beberapa fakta yang layak Anda simak.


  • Bayi Anda terlindungi cairan ketuban rahim yang kuat, sehingga aktivitas seksual tidak akan membahayakannya. Perlindungan ini dibantu dengan otot rahim serta lendir tebal yang menutup mulut rahim untuk menghindarkan infeksi. Penis yang masuk saat bersenggama tidak akan mencapai bayi.
  • Semua posisi hubungan seksual saat hamil umumnya aman selama Anda merasa nyaman. Anda dapat mencoba menyesuaikan posisi dengan perubahan perut yang kian membesar. Misalnya daripada berbaring telentang, mungkin Anda dan pasangan dapat berbaring berhadapan, atau Anda yang berada di posisi atas.
  • Umumnya, keguguran tidak diakibatkan hubungan seksual, tapi karena pertumbuhan janin yang tidak normal.
  • Seks oral umumnya juga cenderung aman dilakukan di masa kehamilan. Hanya saja, pastikan agar pasangan tidak meniupkan udara ke vagina karena ada sedikit risiko embolisme udara, yaitu udara yang dapat menutup pembuluh darah. Kondisi ini berbahaya bagi Anda dan janin. Sementara, seks anal tidak disarankan karena dapat menyebabkan tersebarnya infeksi bakteri dari anus ke vagina, dan terutama jika Anda mengalami hemoroid.
  • Komunikasikan perubahan yang Anda rasakan pada tubuh dan emosi kepada pasangan, sehingga Anda berdua dapat mencari cara terbaik untuk berhubungan seksual. Di samping itu, komunikasikan juga jika Anda sedang merasa tidak nyaman untuk berhubungan seksual. Keintiman dapat dibangun lewat obrolan, pelukan, dan ciuman.
  • Perubahan bentuk tubuh juga membuat Anda mungkin tidak lagi percaya diri ketika berhubungan seksual. Padahal, kebanyakan pria berpendapat bahwa istrinya menjadi lebih menarik secara seksual saat hamil.


Kondisi yang Perlu Dihindari bila Berhubungan Seks Saat Hamil

Walau umumnya aman, namun ada kondisi yang membuat Anda dan pasangan perlu membatasi, bahkan menghindari hubungan seksual saat hamil, yaitu:


  • Hindari hubungan seksual, termasuk seks oral, jika pasangan Anda sedang memiliki penyakit menular berbahaya seperti herpes oral, penyakit menular seksual, ataupun HIV. Kondom lateks dapat juga digunakan untuk melindungi diri.
  • Hindari hubungan seksual jika Anda pernah mengalami perdarahan berat di masa kehamilan. Dalam kondisi ini, hubungan seksual dapat meningkatkan risiko perdarahan berat.
  • Hindari hubungan seksual saat ketuban pecah karena dapat meningkatkan risiko infeksi.
  • Seks saat hamil juga dianjurkan dibatasi saat Anda mengandung bayi kembar.
  • Hindari seks saat leher rahim mulai terbuka lebih cepat.
  • Hindari seks jika Anda pernah mengalami persalinan prematur.
  • Tunda hubungan seks jika Anda mengalam plasenta previa karena berisiko menyebabkan perdarahan.

Kram setelah berhubungan seksual saat hamil adalah hal normal. Namun periksakan ke dokter jika kram tidak reda setelah beberapa menit atau jika Anda mengalami perdarahan. Di samping itu, segera periksakan ke dokter jika Anda mengalami perdarahan atau keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina setelah hubungan seksual. Cairan ini dapat menjadi tanda terjadinya infeksi.

Kesimpulannya, berhubungan seks pada saat masa hamil adalah aktivitas yang aman selama tidak ada masalah pada kehamilan tersebut. Jika Anda ragu, konsultasikanlah ke dokter.

Artikel ini telah terbit sebelumnya di www.alodokter.com